Sabtu, 05 Oktober 2013

Salam Om Swastiastu (bukan OSA) - Salam Sekaligus Doa

OM Swastiastu,

"Om Swastiastu"  merupakan salam pembuka yang biasa diberikan oleh orang bali kepada seseorang yang ditemuinya. adapun maksud dari salam tersebut adalah sapaan sekalugus doa untuk lawan bicara agar orang tersebut selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa.



Adapun penjelasan mengenai kata tersebut, dapat dilihat dari percakapan Rsi dengan seorang suyasa.
Setelah sang Suyasa memperbaiki cara duduknya. Rsi Dharmakertipun mulailah:
“Anakku, tadi anakku mengucapkan panganjali: “Om Swastyastu”. Tahukah anakndaapa artinya?
Jika belum, dengarlah! OM adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi.
Nanti akan Guru terangkan lebih lanjut.
Kata Swastyastu terdiri dari kata-kata Sansekerta: SU + ASTI + ASTU, Su artinya baik, Asti artinya adalah, Astu artinya mudah-mudahan.
Jadi arti keseluruhan OM SWASTYASTU ialah “Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”.

Kata Swastyastu ini berhubungan erat dengan simbol suci Agama kita yaitu SWASTIKA yang merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos).
Bentuk Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari perputaran alam ini. Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu tahun sebelum Masehi. Dan dengan ucapan panganjali Swastyastu itu anakku sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada Sang Hyang Widhi yang menguasai seluruh alam semesta ini. Dan dari bentuk Swastika itu timbullah bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan (asta dala) yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.

Sang Suyasa:
Oh Gurunda, maafkan kalau hamba memotong. Hamba tidak mengira demikian luas maksud dari ucapan panganjali atau penghormatan hamba tadi itu. Betul-betul hamba tidak tahu artinya. Hamba hanya mendengar dmeikian, lalu hamba ikut-ikutan saja.

Rsi Dharmakerti:
Memanglah demikian tingi nilai dari ajaran Agama kita anaknda. Guru gembira bahwa anaknda senang mendengarnya. Ketahuilah bahwa kata SWASTI (su + asti) itulah menjadi kata SWASTIKA. Akhiran “ka” adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Umpamanya: jana - lahir; janaka - ayah; pawa - membakar; pawaka - api, dan lain-lainnya.

Ingatkah anaknda apa yang Guru pakai untuk menjawab ucapan panganjali itu?Rsi Dharmakerti:
Tidak mengapa anaknda, Guru akan jelaskan bahwa arti kata OM SHANTI, SHANTI, SHANTI itu ialah: Semoga damai atas karunia Hyang Widhi”

Shanti artinya damai. Dan jawaban ini hanya diberikan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda. Sedangkan jawaban atau sambutan terhadap panganjali “Om Suastiastu” dari orang yang sebaya atau dari orang yang lebih tua cukuplah dengan Om Swastiastu yaitu sama-sama mendoakan semoga selamat. Hanya yang lebih tua patut memakai. Om Shanti, Shanti, Shanti terhadap yang lebih muda. Atau dipakai juga untuk menutup suatu uraian atau tulisan.

Sang Suyasa:
Gurunda, maafkan atas kebodohan diri hamba. Akan sangat banyak yang hamba tanyakan supaya benar-benar sirnalah segala kegelapan yang melekat di jiwa hamba.
Gurunda, walaupun kedengarannya agak ke-kanak-kanakan maafkanlah jika anaknda bertanya apa arti agama itu sendiri.

Jangan lupa pengucapannya adalah OM Swastiastu, bukan OSA.. mari kita biasakan untuk mengucapkan OM Swastiastu.

Sumber...

PENJOR GALUNGAN




Oleh : I Gede Manik, S.Ag (Badung)
Umat Hindu dari jaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai nanti dalam menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa memakai symbol-simbol. Dalam Agama Hindu simbol dikenal dengan kata niasa yaitu sebagai pengganti yang sebenarnya. Bukan agama saja yang memakai simbol, bangsa pun memakai simbol-simbol. Bentuk dan jénis simbol yang berbeda namun mempunyai fungsi yang sama.

Dalam upakara terdiri dari banyak macam material yang digunakan sebagai simbol yang penuh memiliki makna yang tinggi, dimana makna tersebut menyangkut isi alam (makrokosmos) dan isi permohonan manusia kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Untuk mencapai keseimbangan dari segala aspek kehidupan seperti Tri Hita Karana.

Masyarakat di Bali sudah tidak asing lagi dengan penjor. Masyarakat mengenal dua (2) jenis penjor, antara lain Penjor Sakral dan Penjor hiasan. Merupakan bagian dari upacara keagamaan, misalnya upacara galungan, piodalan di pura-pura. Sedangkan pepenjoran atau penjor hiasan biasanya dipergunakan saat adanya lomba desa, pesta seni dll. Pepenjoran atau penjor hiasan tidak berisi sanggah penjor, tidak adanya pala bungkah/pala gantung, porosan dll. Penjor sakral yang dipergunakan pada waktu hari raya Galungan berisi sanggah penjor, adanya pala bungkah dan pala gantung, sampiyan, lamak, jajan dll.

Definisi Penjor menurut I.B. Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang dapat diberikan arti sebagai, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf sengau, “Ny” menjadilah kata benda sehingga menjadi kata, “Penyor” yang mengandung maksud dan pengertian, ”Sebagai Sarana Untuk Melaksanakan Pengastawa”.
Umat Hindu di Bali pada saat hari raya Galungan pada umumnya membuat penjor. Penjor Galungan ditancapkan pada Hari Selasa/Anggara wara/wuku Dungulan yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya dharma. Penjor dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan sebelah kanan pintu masuk pekarangan. Bila rumah menghadap ke utara maka penjor ditancapkan pada sebelah timur pintu masuk pekarangan. Sanggah dan lengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan. Bahan penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Tujuan pemasangan penjor adalah sebagai swadharma umat Hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bambu tinggi melengkung adalah gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci. Hiasan yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, padi, jajan dan kain adalah merupakan wakil-wakil dari seluruh tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.

Penjor Galungan adalah penjor yang bersifat relegius, yaitu mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap dengan perlengkapan-perlengkapannya.
Dilihat dari segi bentuk penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah digambarkan sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananta bhoga. Selain itu juga, penjor merupakan simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Hiasan-hiasan adalah merupakan bejenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku pipid, pakis aji dll. Untuk buah-buahan mempergunakan padi, jagung, kelapa, ketela, pisang termasuk pala bungkah, pala wija dan pala gantung, serta dilengkapi dengan jajan, tebu dan uang.

Oleh karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan dengan pelaksanaan upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat saja, namun seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan Sastra Agama, sehingga tidak berkesan hiasan saja. Sesungguhnya unsur-unsur penjor tersebut adalah merupakan symbol-simbol suci, sebagai landasan peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga mencerminkan adanya nilai-nilai etika Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai berikut:
- Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
- Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
- Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
- Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
- Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
- Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
- Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
- Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
- Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.

Didalam Lontar “Tutur Dewi Tapini, Lamp. 26”, menyebutkan sebagai berikut :
 “Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha, Sang Hyang Iswara Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala, Hyang Brahma Meraga Sarwa Sesanganan, Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa Meraga Ruaning Gading, Hyang Sangkara Meraga Phalem, Hyang Sri Dewi Meraga Pari, Hyang Sambu Meraga Isepan, Hyang Mahesora Meraga Biting (IB. PT. Sudarsana, 61; 03)
WHD No. 478 Nopember 2006.

Sumber.

Salah Kaprah Salam "Astungkara"

Oleh : Ida Ayu Tary Puspa

Salam adalah kata yang kita ucapkan bila bertemu seseorang. Yang paling umum dan berlaku universal adalah selamat pagi, siang, malam, dan tidur yang dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan makna yang sama. Dalam komunitas agama kita pun mengenal salam dengan ucapan berbeda-beda, tetapi memiliki makna yang identik . Seperti misalnya dalam Hindu dikenal salam atau panganjali yaitu “Om Swastyastu” yang bila dicari artinya di dalam kamus adalah semoga selamat. Di dalam salam itu terdapat makna yang dalam karena diucapkan pula wijaksara suci Om sebagai Triaksara yang berada dalam masing-masing Dewa Tri murti yaitu A, U, M yang disandikan menjadi Om. Jadi dalam salam Om Swastyastu terkandung makna semoga selamat dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain Om Swastyastu dikenal pula istilah namaste yang artinya salam atau menghormat, hanya saja salam ini kurang memasyarakat bagi masyarakat Hindu di Bali.


Akhir-akhir ini karena perkembangan teknologi informatika terutama dalam alat komunikasi seperti Hand Phone atau jejaring sosial dalam internet, face book, twitter, maka salam itu pun mengalami perkembangan dalam penulisan yang disingkat seperti misalnya dalam mengirim Short Messages Service (SMS) sesama komunitas Hindu. Memulai menulis, maka akan diketikkan kata Osa, yang a seakan singkatan dari Om Swastyastut.

Penggunaan bahasa yang digunakan oleh orang-orang adalah sebuah simbol berdasarkan kesepakatan. Oleh karena akses yang cepat dan menulis pesan yang tidak mungkin panjang-panjang sesuai kata itu, maka di dalam SMS akhirnya disepakati (kesepakatan nonformal-red) sebagai sebuah konvensi untuk mengganti Swastyastu dengan tulisan singkat di SMS menjadi Osa. Osa sebenarnya tidak mengandung makna apa-apa karena berupa singkatan.

Pertama kali menerima SMS dengan salam seperti itu saya pun tidak mengerti apa maksudnya. Terlebih pada penutup pesan diketik OS3XO yang diartikan sebagai kepanjangan dari Om Shanti, Shanti, Shanti, Om. Sama dengan Osa, maka OS3X tidak bermakna apa-apa karena disingkat. Akan tetapi kalau berupa kesepakatan di antara komunitas Hindu, maka singkatan itu akan dapat dimengerti karena tidak mungkin menulis secara utuh dalam sebuah SMS. Namun di dalam surat menyurat resmi antarinstansi Hindu tetap saja penulisan salam pembuka dan penutup dengan kata yang lengkap, yaitu Om Swastyastu dan Om Shanti, Shanti, Shanti Om yang artinya semoga selamat dan semoga damai di hati damai di bumi damai selalu.

Kecerdasan umat Hindu menyingkat salam itu sedemikian rupa karena di dalam Hindu pun ada singkatan dari Panca Aksara dan Panca Brahmaa yang akan membentuk dasaksara yaitu SA, BA, TA, A, I, NA, MA. SI, WA, YA. Singkatan itu adalah singkatan Dewa-Dewa penguasa penjuru mata angin seperti Sadyojata, Bamadewa, Tatpurusa, Aghora, Isyana. Singkatan itu akan sering digunakan dalam mantra untuk muput sebuah upacara misalnya.

Di tengah dinamika kebudayaan Bali, maka orang Bali pun ingin hidup dalam budaya glokal, yaitu hidup dalam era globalisasi namun tetap cinta pada budaya lokal, maka orang Bali pun ingin bahwa jati dirinya tetap eksis di percaturan hidup. Mulailah orang Bali ingin menunjukkan identitas dengan salam ala Bali seperti Rahajeng semeng, siang, wengi bukannya dipakai Rahajeng tengai untuk siang. Inilah bahasa gado-gado. Ditambah lagi dengan salam Swasti prapta yang diartikan selamat datang. Hal ini dipopulerkan oleh stasiun radio dalam acara mebasa Bali oleh para penyiarnya sehingga masyarakat/pemirsa yang mendengar salam itu mencoba pula untuk menirunya. Dalam hal ini seakan-akan orang Bali mencari-cari bentuk peniruan dalam bahasa Jawa karena dalam bahasa Jawa dikenal salam Sugeng rawuh ‘selamat datang, sugeng enjing ‘silakan masuk’ maupun sugeng sare ‘selamat tidur’.

Sejatinya dalam kehidupan orang Bali terutama di pedesaan salam itu belum memasyarakat, karena orang Bali memiliki ungkapan hati dengan bahasa tersendiri. Seperti misalnya kalau ada tamu yang datang, wawu rawuh nggih, durusang melinggih dumun. “Baru datang ya, silakan duduk dulu!.” Kalau seseorang punya hajatan yadnya, maka yang punya hajatan (meduwe karya) mengatakan, “Suba teka dogen tiang suba demen.” Artinya, “Sudah berkenan untuk datang saja, saya sudah senang.” Jadi bukan kata “suksma” yang diucapkan.

Begitu pula dalam sebutan untuk Tuhan dalam Hindu yang di dalam Upanisad disebut Brahman, sedangkan orang Bali-Hindu menyebut dengan Sang Hyang Widhi. Ada juga gelar atau sebutan yang lain sesuai sifat, fungsi, dan prabhawaNya, seperti Sang Hyang Wenang, yaitu gelar Tuhan sebagai pemegang wewenang atau kebenaran yang mutlak dalam membentuk susunan dan peraturan alam, disebut pula Sang Hyang Tuduh, Sang Hyang Licin, Sang Hyang Ayu, dan Sang Hyang Widya.

Istilah yang paling gres yang agak latah diucapkan oleh orang Bali yang mencoba-coba mencari padanan dalam bahasa Bali bila mendengar orang muslim berkata untuk sebuah kegiatan, misalnya alhamdulilah yang artinya semoga, yaitu dengan kata astungkara yang kira-kira di benak orang yang mengucapkan itu diartikan sebagai semoga padahal arti denotasi bila dilihat pada kamus adalah puja, atau sembah. Inilah sebuah penggunaan kata yang semantiknya tidak sesuai karena terkesan salah kaprah. Orang Bali mengenal padanan kata alhamdulilah adalah dengan kata dumogi atau dumadak. Dumugi (adv) artinya moga-moga, dumugi sadia rahayu artinya moga-moga selamat sentosa sedangkan dumadak (adv) artinya semoga, dumadak apang rahayu artinya semoga selamat.

Agar mewakili apa yang dimaksudkan dalam berbahasa, maka gunakanlah bahasa dengan baik dan benar yang sesuai dengan situasi serta dengan tata bahasa yang benar. Dengan demikian, maka bahasa akan menunjukkan bangsa.

Sumber

Suksma,

OM Shanti, SHanti, Shanti OM


Selasa, 21 Mei 2013

PD KMHDI Sulsel, Lokasabha X dengan gaya berbeda.

Oleh: Dee Suarnata

Dalam beberapa periode, proses pemilihan pengurus baru untuk menggantikan kepengurusan sebelumnya, atau yang lebih dikenal dengan kegiatan lokasabha, PD KMHDI Sulsel biasa menunjuk secara langsung kader-kader yang dianggap mampu dan memiliki loyalitas serta kapabilitas memimpin organisasi pengkaderan tersebut. format pemilihan ini sudah berlangsung cukup lama, dan sudah menjadi tradisi. bahkan dalam proses pemilihan biasanya memakan waktu normal yang cukup lama, yakni kurang lebih 12 jam hanya untuk menentukan calon-calon pengurus, karena tidak jarang terjadi aksi tunjuk menunjuk. atau yang lebih dikenal dalam bahasa bali yaitu "Ngejuk". jadi, kalau ditotal waktu yang biasa dibutuhkan dalam proses kegiatan Lokasabha PD KMHDI Sulsel, tak kurang dari 1 X 24 jam atau sehari semalam. cukup alot, dan tentunya menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Rupanya format Lokasabha PD KMHDI Sulsel yang tepatnya dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 05 Mei 2013, bertempat di Komp. Pura Giri Natha Makassar sangat jauh berbeda. Pesta demokrasi kali ini dilaksanakan hampir mirip dengan format pemilihan calon pemimpin daerah. para kader wajib tunjuk tangan, dan mencalonkan diri menjadi ketua PD KMHDI Sulsel Periode 2013-2016. format lokasabha ini mementahkan paradigma serta ide-ide demokrasi sebelumnya yang dimiliki oleh PD KMHDI Sulsel. kegiatan yang hanya membutuhkan waktu total keseluruhan rangkaian kegiatan tidak lebih dari 15 jam. sangat efesien, meskipun masih memiliki beberapa kelemahan, yang tentunya hanya membutuhkan sedikit penyesuaian. sehingga format lokasabha ini menjadi sempurna.

Format Lokasabha ini rupanya mendapat apresiasi yang positif dari PHDI Prop. Sulawesi Selatan, Bapak Ir. Nyoman Sumarya. beliau menyempatkan diri untuk hadir memenuhi undangan dan dalam pidato sambutannya beliau menyatakan bahwa, PD KMHDI Sulsel adalah pelopor dalam Pemilihan pengurus baru dengan format yang cukup pantas ditiru. mengingat, kebiasaan umat Hindu khusunya umat Hindu bali, sangat enggan untuk menunjukan diri dan kemampuanya memimpin. ini tidak lepas dari paradigma masyarakat yang sudah turun menurun, sebagian masyarakat mengaitkan pola pikir masyarakat Hindu bali dengan sebuah nyanyian daerah bali, nyanyian yang dikenal dengan pupuh ginada. Pupuh Ginada adalah salah satu tembang dari Sekar Alit, yaitu tembang-tembang Bali yang diperuntukkan mengiringi dolanan anak-anak atau sebagai lagu buaian pengantar tidur. seperti kutipan berikut  ini:

Edo ngaden awak bise, depang anake ngadanin
geginae buke nyampat, anak sai tumbuh luhu.
ilang luhu buke katah, yadin ririh liu enu paplajahan


Artinya:
Jangan merasa diri pandai, Biar orang lain yang menilai
Hidup ibarat menyapu halaman, Sampah dedaunan ada selalu
Hilang sampah, masih adan debu beribu-ribu
Meski pintar, berjuta hal belum kau ketahui dan belum kau pelajari..

Oleh banyak pengamat sastra di Bali, syair ini merupakan petuah agar kita selalu bersikap rendah hati dan selalu giat untuk belajar dan menempa diri. Namun dalam prakteknya, syair ini kerap digunakan untuk ‘melemahkan mental’ masyarakat Hindu dan "membungkam" kritik demi menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari. dan terkadang, makna dari sebuah petuah bisa disalah artikan. sehingga menimbulkan paradigma dan karakter masyarakat Hindu yang pemalu, dan tidak berani menonjolkan dirinya.

Harapannya, dengan format pesta demokrasi yang dipelopori oleh PD KMHDI Sulsel betul-betul dijadikan contoh oleh lembaga lainnya yang ada disulawesi selatan, khususnya dikota makassar. sehingga pelan-pelan dapat merubah pola pikir masyarakat kita, dan memunculkan karakter pemimpin yang baru yang lebih Visioner dan Misioner, seperti Tema yang di usung oleh Panitia Lokasabha X PD KMHDI Sulsel yang diketuai oleh Gede Kusna, yang cukup sukses membuat kegiatan Lokasabha berbeda dari biasanya. Terdapat 3 calon ketua yang lolos ditahapan seleksi calon ketua yang dilakukan oleh Team Independen, dan telah memberikan gambaran masa depan PD KMHDI Sulsel dalam debat kandidat yang dilaksanakan di komp. Pure Giri Natha Makassar. pada hari sabtu 27 april 2013.

Di penghujung acara, akhirnya terpilih wajah-wajah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Hindu kota makassar, yang menduduki kursi kepemimpinan. dengan personalia pengurus inti PD KMHDI Sulsel yang baru yaitu, Putu Wiratnaya sebagai ketua Terpilih, Gede Sugiarsa sebagai Sekretaris, dan Bendahara Eka Sarmayani. tentunya para pengurus PD KMHDI Sulsel yang baru ini diharapkan dapat memberikan warna baru dalam lingkungan keluarga besar Cendikiawan Hindu Sesulawesi selatan.

Rabu, 15 Mei 2013

DPK Peradah Luwu Utara melangsungkan Sabha ke III

Oleh: Dee Suarnata

Tepat pukul 10.11 Wita, mundur sekitar sejam lebih dari jadwal seharusnya yakni 09.00 wita, Dpk Peradah Luwu Utara akhirnya membuka acara Sabha ke III. kegiatan ini dirangkaikan dengan acara Dharma Santhi, mengingat acara Loka Sabha ini terlaksana tidak berselang jauh dari rangkaian hari raya Nyepi, Galungan dan Kuningan. terlihat interaksi yang baik antara anggota DPK Peradah Luwu Utara, yang didominasi oleh rekan-rekan yang masih mengenyam pendidikan dibangku SMP dan SMA. meskipun masih belia, namun terlihat dari wajah mereka ada keinginan kuat untuk belajar berorganisasi. peserta yang hadir secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 52 orang. acara tersebuat berlangsung sederhana, namun syarat dengan makna gotong royong dan kekeluargaan.

Kegiatan Sabha ke III DPK Luwu Utara ini dihadiri pula oleh Ketua Banggar DPRD Luwu Utara, Drs.H. Mahfud Yunus, MM. yang turut memberikan support baik dalam bentuk materil maupun moril, hingga kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai harapan panitia pelaksana. dana yang dihabiskan dari awal pelaksanaan hingga berakhirnya kegiatan tersebut berkisar kurang lebih Rp. 1.500.000. nilai yang tidak terlalu banyak, namun mengasilkan output yang sangat baik. terbukti, saat ini pengurus DPK Peradah Luwu Utara, mengabdikan diri mereka menjadi tuan rumah sekaligus panitia lokal pelaksanaan Peradah Cup 2013  yang dilaksanakan oleh DPP Peradah Sulsel.

Ketua Dpp Peradah Sulsel, Kanda Wayan Budhiartayasa.S.T. turut hadir dan memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi kegiatan tersebut. dengan penuh antusias rekan-rekan pemuda luwu utara mengikuti dengan seksama kegiatan tersebut. dalam sambutannya, Ketua Dpp Peradah Sulsel mengatakan, kiranya pengurus yang terpilih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak hanya sekedar numpang nama saja. kanda ketua Dpp Peradah Sulsel juga sempat menyinggung pelaksanaan Sabha Dpk Peradah Kota Makassar, yang begitu banyak pesertanya saat pemilihan pengurus, namun ketika dilaksanakannya Raker begitu juga saat pelaksanaa program kerja, hanya beberapa pengurus saja yang benar-benar melaksanakan tangung jawabnya. jadi pemuda yang menjadi peserta dalam sabha terkesan hanya 'gila jabatan' saja, dan tidak berniat ngayah untuk kemajuan Pemuda Hindu di Kota Makassar.

Namun, apabila itu ditelaah dan di lihat fakta yang terjadi dilapangan, itu memang ada benarnya. namun hal itu terjadi bukan tanpa alasan. tentu saja ada alasan yang mendasari terjadinya hal-hal yang diungkapkan oleh kanda Wayan Budhiartayasa. S.T. dalam sambutanya itu. Salah satunya adalah, kurangnya kader pemuda Hindu yang mau aktif di keorganisasian pemuda, khususnya dikota makassar. sementara jumlah organisasi kepemudaan yang bersekretariat di Komp Pura Giri Natha Makassar, jumlahnya cukup banyak yang tentu membutuhkan kader yang tidak sedikit.. jadi, yang sering muncul dan mengisi kekosongan posisi diberbagai organisasi wajahnya bisa dihapal mati. Sehingga tidak relevan satu orang harus memikul  tanggung jawab yang begitu banyak.

Sehingga masalah yang diungkap oleh kanda Ketua DPP Peradah Sulsel menjadi perhatian serius Pengurus DPK Peradah Kota Makassar yang masih aktif hingga saat ini. dengan harapan yang begitu besar, banyak pemuda yang terpanggil hatinya untuk turut serta belajar untuk menjawab salah satu kekurangan yang dimiliki oleh Hindu saat ini, yaitu sosok pemimpin Hindu yang memiliki Visi dan Misi yang mulia memajukan Hindu sebagai ajaran Dharma.


Senin, 22 April 2013

Peradah Makassar Mengisi acara Dharma Santhi 2013

Oleh: Putu Agusteya daeng Nompo

Puncak acara Dharma Santhi 2013, DPK Peradah Kota Makassar di berikan kepercayaan oleh panitia untuk mengisi acara yang bertempat di baseman Gedung Wantilan Vyata Satya Karma. Gita Band adalah group Band DPK Peradah Kota Makassar, yang tampil dengan lagu lawas yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Ebiet G. Ade dengan judul 'berita kepada kawan', merupakan lagu pertama yang di bawakan oleh Gita Band. meskipun tampil dengan alat musik dan sound System seadanya, namun personil Gita Band cukup semangat menghibur umat Hindu kota Makassar yang hadir pada persembahyangan kuningan 06 april 2013. Tampil dengan lagu kedua yang bertemakan Pemuda, yang merupakan lagu wajib Gita Band. lagu tersebut diperkenalkan oleh Wakil Ketua III Peradah Kota Makassar, Wayan Sudirman.

Suatu moment yang sangat berharga bagi Personil Gita Band, dapat menghibur umat Hindu Kota Makassar, meskipun belum sempat memperkenalkan diri. "Maklumlah ini pentas pertama kita, tadi kelupaan", kata sang Vocalist Gita Band, Ayu Mang. dan sang drumer yang notabene adalah Ketua Dpk Peradah kota Makassar sendiri, Dee Suarnata hanya merasa lega, karena dalam sesi latihan Kanda Dee Suarnata sempat mengalami kesulitan menghafal tempo dan irama. "Saya hanya meramaikan saja, kalau ada kekurangan itu sudah pasti, saya baru belajar drum sekitar tiga bulan yang lalu" kata kanda Dee Suarnata. Sang gitarist Ade Wijaya, dan Dewo Punk di posisi gitar Rhythm merasa kurang puas, karena sound system yang sempat bermasalah, sehingga suara Sang Vocalist tidak begitu terdengar jelas. padahal lagu yang dibawakan seharusnya dominan di suara vocal.

Adapula penampilan dari Mr. Cress yang energik dan luar biasa kompak serta cukup berhasil memukau penonton. tampil dengan lagu pertama mreka yang berjudul 'Satya Metilar'. lagu yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Band Asal Bali 4WD, yang menceritakan penghianatan seorang cewek kepada cowoknya. Wirat sang leader, yang semangat menggebug Drum, Budi si gitarist dengan melodi yang menyayat, agus sipediam getol memainkan gitar rhythm, pudar si tukang cabik bass, serta kusna sang vocalist yang cukup vocal dimana saja, berhasil menarik perhatian Umat yang hadir. lagu kedua mereka yang sarat dengan makna kehidupan sosial dengan judul 'loloan yeh poh'.

Harapan pengurus Peradah Makassar sangat besar kedepannya lebih banyak lagi kreatifitas pemuda yang bangkit dan bermunculan. bukan hanya dibidang musik modern, melainkan juga musik tradisional. sehingga ada generasi penerus untuk melanjutkan budaya serta tradisi Umat Hindu kota Makassar.

Umat Hindu kota Makassar menggelar acara Dharma santhi dan Open House.



Umat Hindu kota Makassar baru-baru ini menggelar puncak acara Dharma santhi yang dilaksanakan di komplek Pura Giri Natha Makassar, yang dimulai sekitar pukul 10.15 wita. Persembahyangan kuningan tanggal 06 april 2013 menjadi moment yang dipilih oleh panitia Dharmasanti agar seluruh umat Hindu dikota Makassar dapat hadir meramaikan acara. hal ini dilakukan untuk merealisasikan makna pelaksanaan kegiatan Dharma santhi itu sendiri yang merupakan moment untuk bersila krame (bertemu dan saling bermaaf-maafan) antar sesama Umat Hindu.

Kegiatan Dharma santhi ini dirangkaikan dengan Open House Umat Hindu dikota Makassar, dengan mengundang pejabat Daerah Propinsi Sulawesi Selatan, dan Pejabat Kota Makassar serta tokoh-tokoh masyarakat atau umat lain. tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga hubungan baik dan keharmonisan hidup antar umat beragama. mengingat maraknya kejadian-kejadian yang merugikan dan menyengsarakan umat Hindu dibeberapa daerah, seperti yang terjadi dilampung dan sumbawa beberapa waktu lalu.

Dharma santhi merupakan kegiatan tahunan Parisada Kota Makassar, yang di isi dengan berbagai kegiatan Lomba seperti lomba dharma wacana, pembacaan sloka, lomba kidung dan sebagainya, sedangkan kegiatan kemanusiaan seperti Donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis yang melibatkan umat dan masryarakat disekitar komplek Pura giri Natha Makassar.

Jumat, 15 Maret 2013

Baik BURUK Siapa yang tahu?


Ada seorang raja yang begitu senang berburu. Suatu ketika, saat berburu, jarinya terluka. Tabibnya yang tua merawat jari itu. Raja, karena gelisah, bertanya, "Bagaimana tabib, apakah jariku bakal baik atau buruk?"
Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" ("Baik? Buruk? Siapa yang tahu?")

Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi hingga jadi bengkak. Raja kembali menemui tabibnya dengan panik, "Apa yang terjadi? Apa lukaku akan baik-baik saja?"
Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?"

Jelas ucapan tabibnya itu tidak membuat raja terkesan sama sekali, namun ia hanya bisa memercayai tabibnya. Beberapa hari kemudian luka itu sudah begitu parahnya hingga tabib harus memotong jarinya. Amputasi!

"Baik? Buruk? Aku tahu ini buruk!!!" Raja murka dan menjebloskan tabibnya ke penjara karena tidak bisa menyelamatkan jarinya. Setelah menjebloskannya, raja berseru kepada tabib dalam penjara, "Nah sekarang bagaimana perasaanmu, hah?" Tabib menukas," Good? Bad? Who knows?" Raja mendengus, "Dasar tabib sinting!"

Setelah luka di jarinya sembuh, raja kembali berburu. Kali ini ia mengejar buruannya makin ke pelosok rimba, terpisah dari rombongannya, dan ia ditangkap oleh suka penghuni rimba. Mereka menangkapnya untuk dikorbankan kepada dewa-dewa mereka. Bukan kepalang takutnya raja kita ini. Akan tetapi, tepat ketika raja nyaris dikorbankan, mereka melihat jari tangannya kurang satu! Suku rimba itu berkata, "Kami tidak bisa mengorbankan kamu. Kamu tidak sempurna untuk jadi korban!" Jadi mereka melepaskannya.

Ketika raja berhasil pulang ke kerajaannya, ia berpikir, "Wow! Betapa beruntungnya aku! Jika seluruh jariku lengkap, aku pasti sudah mati!" Lalu ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tapi siapa yang tahu apakah ini baik atau buruk? Dan ini baik bagiku! Terima kasih banyak! Aku membebaskanmu dari penjara!"

Raja melanjutkan, "Aku menyesal telah berbuat buruk memenjarakanmu." Tabib itu menyeletuk, "Apa maksud Paduka memenjara hamba adalah buruk? Justru bagus hamba masuk penjara! Karena jika hamba tidak di penjara, hamba pasti akan bersama Paduka saat berburu! Suku rimba akan menangkap hamba, dan karena jemari hamba lengkap, hambalah yang akan dikorbankan!"

Makna kisah ini adalah....baik atau buruk, siapa sih yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain...Good? Bad? Who knows? Ini sungguh benar. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah Anda : Good? Bad? Who Knows?

Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, ramah, menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab...Good? Bad? Who Knows?

Ketika pacar saya mencampakkan saya, rasanya sangat menderita. Namun kini saya bisa berkata, "Terima kasih banyak. Karena jika kamu tidak mencampakkanku, aku sudah menikah denganmu kini, punya anak, lalu cerai, dengan banyak cicilan dan tagihan. Menjadi gila seperti orang lain. Jadi terima kasih sudah mencampakkanku. Terima kasih banyak!"

Saya ingat ada orang yang pernah menceritakan kisah nyata yang mengubah hidupnya ini. Ia adalah seorang pengusaha Australia yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Mumbai, dan setelah menyelesaikan urusannya, ia berencana terbang ke Inggris. Ia memesan taksi dari hotelnya. "Antar saya ke bandara!"

Taksi itu membawanya ke bandara, namun salah jalan dan nyasar. Kadang para supir taksi ini, bahkan meski mereka bekerja di tengah kota, mereka sering tidak tahu jalan. Akibatnya taksinya kesasar, waktu makin mepet, pesawat segera terbang. Orang Australia ini makin lama makin cemas, kesal, bahkan marah, "Cepat antar saya ke bandara! Tanya polisi! Tanya siapa pun! Pokoknya bawa saya ke sana secepat mungkin!"

Harapan terakhir yang ia punya adalah semoga pesawatnya ditunda terbang. Namun ketika sampai di bandara, ia bisa melihat pesawatnya sudah lepas landas, terbang ke angkasa, "Supir sialan! Aku ketinggalan pesawat!"

Kemudian ia melihat pesawat itu mendadak turun lagi, lalu jatuh! Seluruh penumpangnya tewas! Ia menyaksikan itu..., termangu..., lalu berkata, "Aduuuh, terima kasih supir taksi!" Ia pun memberikan tip besar ke supir taksi itu. Namun ada sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.

Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda?

Ini adalah falsafah indah mengenai kehidupan, yang berarti Anda tidak menjadi negatif sama sekali terhadap hidup, namun...Good? Bad? Who Knows?

Pencipta Ogoh-ogoh mirip Anas merasa terintimidasi

MERDEKA.COM. Pembuatan Ogoh-ogoh mirip Anas Urbaningrum berbuntut panjang. Komang Tenaya, warga Denpasar pencipta patung raksasa itu kini merasa terintimidasi.

Sejak Ogoh-ogoh mirip mantan ketua umum Partai Demokrat itu diberitakan media, rumah Tenaya kerap didatangi polisi, TNI, politisi hingga aparat pemerintah.

"Intinya semua merasa keberatan," ujar Tenaya kepada wartawan, Rabu (13/3).

Dia menegaskan, pembuatan Ogoh-ogoh mirip Anas murni merupakan seni kreativitas sebagai kritik sosial atas kasus korupsi, tidak sedikit pun ada muatan politis.

Apalagi korupsi adalah sifat jahat sama seperti sifat rakus buta kala yang merupakan representasi Ogoh-ogoh.

Tenaya juga tidak pernah menyebut nama Anas dalam Ogoh-ogoh yang dibuatnya. "Tapi jika hal itu menimbulkan ketersinggungan pihak tertentu, saya minta maaf," ujar pria 41 tahun ini.

Tenaya juga mengaku telah dihubungi Gede Pasek Suardika, anggota DPR dari Partai Demokrat dan diingatkan jangan sampai Ogoh-ogoh mirip Anas itu dipolitisasi pihak tertentu.

Setelah Tenaya memberi penjelasan, Anas melalui Pasek menyatakan bisa menerimanya. "Pak Anas bilang tidak masalah, cuma yang diingatkan hal ini bisa ditunggangi pihak tertentu sehingga dikhawatirkan bisa berkembang lebih besar lagi," kata dia.

Sumber: Merdeka.com

Tradisi Omed-Omedan usai Nyepi






Rabu, 20 Februari 2013

Keperawanan Yang Hilang dan Cinta Yang Terbuang

Mungkin benar orang bilang bahwa untuk menemukan cinta sejati itu memang sulit. Bukan hal yang mustahil memang, tapi sungguh tidak mudah. Telah lama aku mencoba menemukan apa yang disebut oleh banyak orang sebagai cinta sejati. Namun sampai sekarang aku tak juga mendapatkannya. Bagai mencari satu jarum yang jatuh pada tumpukkan jerami bekas memanen padi para petani adalah istilah yang cocok untuk menggambarkannya.

Berawal dari cinta monyetku saat aku berusia dua belas tahun terhadap bawo anak ketua RT kampungku. Aku mencintainya saat itu karena betapa seringnya kami bertemu yaitu dari sejak kecil usia SD saat kami ikut belajar menari dibale banjar, sampai akhirnya saling jatuh hati pada saat aku memasuki kelas satu SMP. Bawo mengungkapkan cinta melalui surat kepadaku, dan aku menerimanya karena dia bukan cuma ganteng tapi juga cerdas dan pintar.

Tidak lama hubunganku dengan Bawo bertahan. Hanya sekitar satu tahun saja kami pacaran. Sampai pada akhirnya kami putus setelah ada seorang perempuan menginginkannya dan Bawo takluk sehingga membuatnya memutuskanku. Cinta pertamaku kandas diambil teman sekelas.

Setelah putus dari Bawo aku tidak menerima siapapun yang menginginkanku menjadi pacarnya. Aku pikir semua lelaki sama, setelah menemukan yang lebih dariku maka dia akan meninggalkanku. Aku lebih memilih untuk konsentrasi belajar sehingga aku bisa lulus dan masuk di SMA terbaik di daerahku. Dan aku berhasil sampai lulus dengan nilai yang memuaskan sehingga bisa masuk di SMA impianku.

Di SMA itu aku mendapatkan teman baru yang banyak. Dan oleh karena ketatnya seleksi untuk masuk ke SMA nomor satu di Singaparna itu, maka murid-muridnya bisa dibilang mempunyai kemampuan otak yang bisa dibilang lumayan. Aku duduk sebangku dengan teman baruku bernama ajeng. Wajahnya cantik, hidungnya mancung mirip dengan perempuan-perempuan eropa.

Kami sangat akrab sehingga tak ada rahasia di antara kami yang saling kami sembunyikan, termasuk aku yang sedang jatuh cinta pada seorang lelaki bernama Oka yang aku kenal saat MOS (Masa Orientasi siswa).

“Oka itu adalah penyemangat, Ajeng…” Aku bilang kepada Ajeng saat kami duduk di kantin sekolah ketika jam istirahat. Jam sepuluh. Matahari sembunyi di balik awan, dan langit begitu mendung. Mungkin hujan akan segera turun untuk menyirami kering tanah yang sudah seminggu kemarau.

“Iya, aku paham. Tapi yang jadi masalah sekarang adalah, Oka sudah punya pacar.” Ajeng.

“Aku gak peduli Say, aku akan menunggu dia putus dari si Kerty yang sok cantik itu. Atau kalau perlu aku sendiri yang akan membuatnya putus. Lihat saja.” Aku ngotot, dan Ajeng sudah mengerti karakter asliku yang pengotot walaupun kami bersahabat masih seumur jagung.

“Ya sudah terserah kamu saja. Namun satu hal yang harus kamu ketahui, adalah tidak bisa memaksakan orang lain untuk mencintaimu. Cinta itu mengalir apa adanya dan tanpa paksaan. Jika cinta karena terpaksa, maka aku yakin pasti tak akan bisa langgeng.” Ajeng memang begitu baik dan sabar menghadapiku yang kadang seperti api yang meluap. Seringkali dia mengingatkanku. Ajeng lebih dewasa dariku, aku akui itu.

***

“Ajeng!!” Aku lihat Ajeng sedang duduk di taman kota singaparna. Hari itu libur karena sekolahku dijadikan tempat untuk rapat seluruh guru SMA yang ada di kota itu, dan aku berencana untuk hang out dengan seseorang yang baru dua hari menjadi pacarku.

“Sari?!”Ajeng terkejut ketika melihat aku menggandeng Oka.

“Iya, ini aku. Jangan kaget gitu dong… Lagi ngapain di sini?“ Ajeng bersalaman dengan Oka, dan mereka saling senyum.

“Cieee, pada mau ke mana nih. Ekhm ekhm!” Ajeng menggodaku. “Aku lagi nungguin mamaku, lagi belanja di pasar. Daripada aku ikut ke pasar berdesak-desakkan, mending aku nungguin di sini aja. Lagian mamaku ditemenin sama bibiku juga.” Taman Kota Singaparna memang berdekatan dengan pasar tradisional.

“Aku mau jalan, mumpung lagi libur.” Jawabku senyum, dan Oka tidak banyak berbicara. Mungkin karena belum kenal dekat dengan Ajeng. Kami bercakap sebentar lalu aku pergi bersama Oka dengan tujuan sebuah tempat rekreasi air terjun yang ada di pinggiran kota singaparna. Kebetulan saja kami berhenti dulu di taman alun-alun itu untuk sekedar berjalan-jalan sebelum ke tempat yang sudah direncanakan olehku dan Oka.

Setibanya di lokasi rekreasi, Oka memarkir motor Mio berwarna hitamnya di tempat yang sudah disediakan. Kulihat jam di tangan menunjukkan pukul 11.25. Setelah membeli tiket, kami lalu masuk. Lokasi permandian umum itu terlihat sepi, sepertinya kami adalah orang pertama yang masuk.
Di tempat itulah segala hal dimulai. Kami melakukan hal yang tidak seharusnya kami lakukan untuk pertama kali. Saat itu semua terasa indah, tapi tidak di kemudian hari. Setelah kami melakukan hubungan intim beberapa kali, pada akhirnya aku dan Oka putus. Aku prustasi dan hanya Ajeng lah yang mengetahui tentang segala yang terjadi antara aku dan Oka.

Hal itu terjadi sekitar delapan tahun yang lalu, hingga sampai saat ini aku berusia dua puluh enam tahun, aku belum juga menemukan seseorang yang mau menerimaku apa adanya, menerima ketidak perawananku. Ada banyak yang mendekatiku, namun setelah mereka tahu aku tidak perawan karena telah aku ceritakan kepadanya tentang kisahku di masa lalu, mereka lalu meninggalkanku.

Namun kini aku tengah berusaha yakin dengan seseorang bernama Bayu. Dia bilang akan mencintaiku apa-adanya dan akan menerima segala kekuranganku, termasuk ketidak perawananku. Aku sudah katakan kepadanya sejak awal kami jadian. Aku ceritakan kepadanya tentang kisah masa laluku dan dia terima dengan biasa saja, tidak mempermasalahkan dan seolah tak peduli.

“Sayang, aku mencintaimu dengan sederhana dan biasa saja. Tidak akan pernah aku masalahkan masa lalumu dan kamu aku cintai apa adanya.” Oh Bayu, kamu memang paling bisa membuatku melayang dengan indahnya tuturmu. Kamu membuatku kembali menemukan kepercayaan kepada manusia bernama lelaki. Aku berharap semoga kamu tidak pernah berubah mencintaiku sehingga aku menjadi seorang perempuan yang merasa dihargai.

“Bagaimana kalau nanti malam kita pergi ke luar untuk malam mingguan…” Ajak bayu sabtu sore yang teduh itu. Aku tidak kuasa untuk menolaknya karena aku merindukan saat berdua dengan orang yang aku cintai. Apalagi ini adalah kamu yang telah mengikrarkan dirimu untuk mencintaiku apa adanya. Pasti akan jadi malam Minggu yang berkesan.

Jam tujuh malam Minggu yang cerah itu Bayu menjemputku dengan motor Ninja 250R-nya. Kami lalu pergi menuju Pinggir pantai, yaitu tempat di mana anak-anak muda berkumpul bersama pasangannya.

Sesampainya di sana, Bayu mencium bibirku dengan hangatnya sehingga membuatku hanyut pada lumatan demi lumatan. Suasana tempat memang tidak begitu gelap dan tidak begitu terang. Dan kami menghabiskan malam itu di tempat yang tidak begitu terang. Setelah puas berpeluk cium dan berbincang mengenai banyak hal, kami lalu pulang. Rumahku dan rumah Bayu tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua puluh menit kalau memakai motor dengan kecepatan rendah. Dan sebelum sampai ke rumah sekitar jam sepuluh malam, kami mampir di rumah Bayu untuk mengambil sesuatu yang ingin diberikannya untukku. Di rumahnya Nampak sepi karena kebetulan orang tua Bayu sedang menginap di rumah saudaranya yang berada di Luar kota.

“Ada yang ingin aku berikan kepadamu sayang, kemarilah…” Bayu mengajakku ke kamarnya. “Tutup matamu sayang…” aku tidak menolaknya, dan Bayu mendaratkan bibirnya di bibirku dan menidurkanku di tempat tidurnya.

“Bayu… kamu mau apa sayang…” Aku berusaha melepaskan diri dari pelukan eratnya dan bibirnya yang tidak berhenti menciumi bibir dan leherku. Aku menggelepar. Ada perasaan risih, dan ingin lepas. Tapi tidak bisa. Aku meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bayu pasti akan menikahiku karena dia telah berjanji akan menerimaku apa adanya. Aku menyerah. Aku pikir, tidak mengapa aku melakukan ini dengan seseorang yang bersedia menerimaku.

***

“Sari….” Aku mendengar seorang perempuan memanggilku. Suaranya tidak asing, aku yakin itu Ajeng. Aku tersenyum melihatnya berlari dari depan rumahku menuju tempatku duduk di halaman sebelah kiri tempatku biasa menghabiskan sore jika tidak ada kesibukan pekerjaan.

“Ada apa Ajeng sayang, kenapa berteriak dan berlari-lari begitu…” Aku berusaha menenangkannya.

“Sari, tadi pagi ada seseorang mengantarkan undangan ke rumahku.” Katanya tergesa. “Tadinya aku biarkan saja di atas meja, karena aku pikir paling juga anaknya tetangga atau teman lama. Namun ternyata, kamu lihat ini…” Ajeng memperlihatkan kartu undangan berwarna hitam yang dibawanya. Aku segera membukanya dan,

“BAYU??”

Manusia Bukan Tuhan

"Om Suastyastu"

Rekan pemuda sekalian..
Sudah lama saya tidak membuat tread lagi atau postingan di Blog DPK Peradah Kota Makassar ini. begitu banyak rutinitas yang saya harus jalani dan banyak tugas yang menunggu untuk diselesaikan, terkadang saya merasa waktu 24 jam dalam sehari itu kurang. namun tidak jarang juga saya punya waktu lebih, akan tetapi saya sering bingung informasi apa yang mesti saya bagikan kepada saudaraku para pemuda Hindu sekalian. karena saya juga harus menyaring informasi yang akan saya bagikan, sebab, terkadang informasi yang saya bagikan sering ditanggapi negatif. tapi saya tetap optimis dan yakin beberapa diantaranya memanfaatkan informasi yang saya bagikan untuk hal-hal yang baik.

Pada postingan kali ini saya juga ingin menjelaskan kepada Rekan-rekan sekalian, bahwa saya hanya ingin berbagi, tidak bermagsud menggurui atau semacamnya. sebab saya adalah manusia biasa, yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. saya bukanlah orang pintar dengan predikat lulusan terbaik sebuah kampus terkenal, atau orang paling suci yang setiap hari memegang Bajra di Jeroan Pura dengan mulut yang tidak pernah berhenti komat kamit membaca matram. saya hanyalah seorang manusia biasa yang masih belajar untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. saya hanyalah manusia yang penuh dosa yang ingin terbebas darinya meskipun itu mustahil.

Saya masih ingat dengan apa yang disampaikan oleh Dosen saya beberapa tahun silam. bahwa, apabila kita tidak pelit dan mau berbagi pengetahuan kepada orang lain, maka dengan sendirinya Ilmu Pengetahuan kita akan semakin bertambah dan bertambah. Saya meyakini apa yang disampaikan oleh Dosen saya itu benar. dalam hal ini tentunya informasi yang saya share sesuai dengan level pengetahuan saya, bila ada rekan-rekan pemuda yang lainnya merasa memiliki Ilmu Pengetahuan yang levelnya lebih tinggi dari saya. mari beryadnya dengan membaginya kepada rekan-rekan pemuda kita.

Bila di andai-andaikan, maka saya ibaratkan diri saya ini melayani sesama dengan menyediakan makanan dan minuman diatas "meja" DPK Peradah Kota Makassar. Bila ada yang tidak berkenan dengan apa yang saya hidangkan, saya akan merasa terhormat bila anda membantu saya mengolah Bahan baku yang ada untuk kemudian dihidangkan, sehingga "Lezat" untuk disantap oleh rekan-rekan kita yang lain. jangan justru duduk manis dengan kalemnya, tapi dibelakang tembok anda mencaci maki hidangan saya. bila ada yang seperti itu silahkan anda membuat dan menghidangkan makanan dan minuman anda diatas "Meja" yang tersedia.

Meskipun tidak jarang saya mendapat kritikan yang negatif atas postingan saya di Blog ini, namun saya tetap ingin berkarya. karena saya merasa bahwa apa yang saya lakukan ini sesuatu yang baik. dan juga saya merasa sebagai Umat Hindu punya kewajiban untuk berbagi pengetahuan kepada sesama, sebab itu merupakan salah satu yadnya kita kepada sesama manusia. saya ingin share apa saja yang dapat saya bagi kepada sesama, tentu dengan harapan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. saya berharap rekan-rekan pemuda lain yang ingin sharing pengetahuannya, tidak cangung ataupun ragu untuk sekedar berbagi kepada rekan-rekan pemuda yang lain yang mungkin membutuhkan informasi.

Sukseme..
Salam hangat dari saudaramu terkasih
Dee Suarnata

"Om Santi. Santi Santi Om"

Senin, 11 Februari 2013

Pura Giri Natha Akan Memiliki Piasan Agung

Bertepatan dengan persembahyangan Purnama sasih kepitu, yang jatuh pada tanggal 25 january 2013. Umat Hindu di Kota Makassar telah melakukan upacara peletakan batu pertama sekaligus melangsungkan upacara Ngeruak. untuk pembangunan Piasan. upacara ini dipimpin langsung Oleh Ida Pandita I Nengah Merta. Kegiatan ini dikordinir oleh bapak Made Wena, ST selaku Ketua Panitia pembangunan Pelebaran Piasan. kegiatan ini berlansung dengan baik dan lancar, hadir juga sebagai saksi beberapa lembaga Hindu ditingkat Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan.

Meskipun sempat diurungkan pembangunannya, karena mendapat protes dari beberapa pihak terkait pembangunan Pelebaran piasan Pura Giri Natha Makassar. karena "judul" nya yang kontrovesial, sehingga pihak penanggung jawab dalam hal ini PHDI Kota Makassar dan Banjar Hindu Kota Makassar dan panitia melakukan perubahan judul dari "Pengatapan Pura" menjadi "Pelebaran Piasan". Sehingga Rencana awal PHDI Kota Makassar, Serta Banjar Hindu Kota Makassar dapat terlaksana. pembangunan yang diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar setengah miliar rupiah ini sudah mulai dikerjakan. hingga berita ini dibuat, terlihat dasar tiang penopang Piasan sudah tertancap dengan kokohnya.

Pembangunan ini dilaksanakan bukan tanpa alasan, mengingat bahwa Hindu adalah Agama yang Universal, dan flexible dengan budaya serta adat istiadat masyarakatnya, yang dikenal dengan istilah desa kala patra. Di Kota makassar Khususnya yang berdekatan dengan garis katulistiwa, yang merupakan jalur perlintasan Sang Hyang Surya. sehingga di saat umat Hindu Kota Makassar sedang melakukan persembahyangan pada siang hari Matahari menyengat begitu kuat, sehingga membuat tidak nyaman umat dalam melaksanakan persembahyangan. hal ini yang membuat Lembaga Hindu yang ada di Kota Makassar memutuskan untuk melakukan pelebaran Piasan Utama Mandala. dengan harapan umat yang akan melakukan persembahyangan dapat lebih khusuk.

Rancangan gambar dan site plan Piasan Utama mandala sudah sepakati oleh sebagian besar umat Hindu yang ada di kota Makassar. dan sudah sering disosialisasikan oleh Parisadha Kota Makassar, Bapak Made Sukerta. Umat hindu dikota makassar berharap bagunan tersebut dapat menjadi ciri khas Masyarakat Hindu Di Kota Makassar.

Profile Pemuda

I Komang Rinten

Kanda I Komang Rinten adalah salah satu dari beberapa senior, yang juga merupakan Dewan Penasehat PERADAH, Khususnya di lingkungan Dewan Pimpinan Kota Peradah Indonesia Kota Makassar. Beliau merupakan sosok senior yang sangat penyayang dan senantiasa memberi bimbingan kepada adik-adiknya yang masih aktif di keorganisasian Peradah. Nama beliau cukup dikenal di kalangan aktivis pemuda ditingkat Nasional, seperti KNPI dan beberapa Organisasi kepemudaan lain. semasa aktif di DPK Peradah Kota Makassar, Kanda I Komang Rinten dikenal cukup gesit. beliau hampir tidak pernah absen disetiap kegiatan yang berhubungan dengan kepemudaan, baik di interen umat Hindu Kota Makassar maupun diluar.

Kanda I Komang Rinten merupakan Ketua Demisioner DPK Peradah Kota Makassar, dengan masa kepengurusan 2009-2012. beliau memiliki keperibadian yang sederhana dan mudah bergaul dengan siapa saja yang ia temui dan merupakan sosok pemimpin yang merakyat. dimasa kepemimpinannya kanda I Komang Rinten telah banyak merealisasikan program kerja yang ditetapkan pada saat rapat kerja daerah. meskipun tak jarang mendapat kendala, namun semangat serta sikap optimis membuat beliau dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin dengan baik. bahkan banyak kegiatan yang tidak tercatat dalam program kerja DPK Peradah kota Makassar dimasa kepengurusann beliau yang terlaksana dan sukses. beliau juga sering melakukan simakrama, berkunjung ke kantor-kantor Pemerintah Kota Makassar. dan tak jarang beliau berkunjung ke Rumah Dinas atau Rumah Jabatan pentolan pejabat Pemkot maupun Pemda Sul-Sel.


Di lingkungan keluarga beliau dikenal sangat ramah dengan sanak family dan merupakan sosok panutan bagi 2 orang anaknya, Ganesh dan Widya.dan sosok suami penyayang bagi istri tercintanya. beliau juga memiliki senyuman yang khas, membuat beliau sangat mudah berinteraksi dengan orang lain.

Sebelum akhirnya menyerahkan tapuk kepemimpinannya kepada pengurus DPK Peradah Kota Makassar yang baru, beliau seringkali memberi arahan dan mengajak pemuda Hindu agar lebih aktif di keorganisasian, sebab organisasi adalah media pembelajaran bagi pemuda Hindu sebelum akhirnya terjun kemasyarakat, sehingga kedepannya dapat menciptakan masyarakat Hindu yang lebih berkualitas. bahkan hingga saat inipun beliau tak pernah lepas dengan pemuda Hindu dan sering memberikan masukan serta pertimbangan-pertimbangan yang baik untuk kemajuan Generasi muda hindu. Kanda I Komang Rinten merupakan salah satu kader muda Hindu yang punya semangat untuk memajukan Generasi muda Hindu.

Rabu, 02 Januari 2013

Buatlah Kemungkinan Menjadi Kenyataan

Om Suastyastu....
Dear Rekan Pemuda yang tekun.
Di tahun 1900, Wright bersaudara sudah mengajukan kemungkinan orang dapat terbang. Tanggapan sinis dan keraguan menyerang mereka bahwa manusia tidak dapat terbang. Banyak sekali percobaan mereka yang gagal dan menjadi bahan lelucon bagi setiap orang pada saat itu. Tapi Orville Wright dan Wilbur Wright tidak menyerah pada visi mereka. Mereka mempersiapkan segala risikonya jika percobaan mereka gagal, seperti mereka menyiapkan landasan darurat di pantai berpasir yang lebih aman.

Pada 17 Desember 1903, di pagi hari yang cerah, mereka berhasil mengubah kemungkinan menjadi kenyataan. Dari percobaan yang berulang kali gagal, Wright bersaudara akhirnya berhasil menorehkan sejarah penerbangan dunia untuk pertama kalinya. Sebuah pesawat dengan desain yang sederhana dapat terbang, Meski hanya bisa melayang setinggi 10 kaki selama 12 detik, tetapi percobaan mereka merupakan fondasi penemuan pesawat terbang.

Jika kalian dapat melihat kemungkinan-kemungkinan, yakinilah dan wujudkan kemungkinan tersebut!, Jika kalian dapat membayangkan sesuatu, maka kalian sebenarnya dapat membuatnya menjadi kenyataan. Mungkin kalian juga akan melihat banyak rintangan dan tantangan. Tetapi yang membedakan kalian dengan orang lain adalah mereka hanya bisa melihat risikonya saja, sedangkan kalian bisa melihat bagaimana mengatasi risiko tersebut.
 
Ketika orang lain menyerah dan menangisi kegagalan, kekuatan pikiran kalianlah yang dapat mengatasinya. Katakan bahwa kalian dapat bangkit lagi setiap kali gagal dan mencoba lagi. Singkirkan segala keraguan dan ketakutan kalian. Jika kalian percaya kalian dapat terbang, maka kalian pun terbang.

 Semoga Bermanfaat...

Om Santi Santi Santi Om.


Salam Hangat dari Sahabatmu.
Dee Suarnata & Seluruh Jajaran Pengurus DPK Peradah Kota Makassar.