Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa
Sebelum adanya organisasi kemasyaraktan nasional, pranata sosial yang ada dalam komunitas umat Hindu masih bersifat lokal. Dorongan untuk membentuk organisasi kemasyarakatan tingkat nasional bangkit di seluruh kantong umat Hindu di bumi Nusantara ini. Yang semula secara sporadis, baik di kota-kota besar, kampus-kampus, di desa-desa di wilayah pemukiman transmigrasi, dalam bentuk kelompok diskusi, organisasi suka duka krama banjar, dan lembaga sosial local menjadi satu kekuatan berhimpun secara nasional.
Sebagai respon atas dorongan berhimpun yang begitu kuat, pada bulan September 1983, beberapa cendekiawan, mahasiswa, dan generasi muda Hindu di Yogyakarta mengadakan pertemuan untuk mewujudkan sebuah organisasi yang meliputi komponen-komponen cendekiawan, mahasiswa, dan Pemuda Hindu Dharma bertaraf nasional. Pertemuan pada bulan September dilanjutkan pada bulan Oktober 1983, dan menghasilkan suatu keputusan bahwa akan diadakan usaha penjajakan bagi pembentukan sebuah Organisasi Kemasyarakatan Hindu tingkat nasional yang disebut sebagai Sarasehan Pembentukan/Formatur Ormas Hindu Dharma Tingkat Nasional.
Sarasehan tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 dan 20 Nopember 1983, yang diakhiri dengan sebuah IKRAR yang ditandatangani oleh 150 orang termasuk Drs. I.B Oka Puniatmaja (Parisada), drg. Willi Pradnya Surya (DKI Jakarta), I.B Suandha Wesnawa,SH (Bali), I Wayan Sudirtha,SH (DKI Jakarta), I Ketut Renes (DKI Jakarta), IKA Sudiasna (Bandung), Agung K. Putra Ambara (Bandung), dan K. Sudana,SM.Hk (Bandung). Bunyi IKRAR tersebut sebagai berikut :
"Om Swastiastu"
"Kami Umat Hindu yang mewakili komponen-komponen pemuda, mahasiswa, dan cendikiawan dari seluruh Indonesia, berikrar:
Sepakat membentuk organisasi kemasyarakatan tingkat nasional sebagai
satu wadah kegiatan dalam melaksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara
yang berasas tunggal Pancasila.
Dalam merealisasikan tujuan
tersebut di atas, kami menyiapkan diri untuk menyelenggarakan Munas
(Mahasabha), sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ini, di Yogyakarta.
Semoga Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa Asung Wara Nugraha atas
kesepakatan dan kelanjutan tindakan kami bersama ini"
"Om santi santi santi Om"
Sejak pertamakali berdiri hingga sekarang Peradah Indonesia telah melaksanakan Mahasabha (Musyawarah Nasional) sebanyak 8 kali dengan kepengurusan yang dipimpin oleh 6 (enam) Ketua Umum dengan urutan dan periode kepengurusan sebagai berikut:
1. I Gusti Ketut Gede Suena (1984 - 1989)
2. Dra. Sylvia Ratnawati (1989 - 1993, 1993 - 1997)
3. Gusti Putu Ngurah Wirawan (1997 - 2000, 2000 - 2003)
4. Ketut Suratha Arsana (2003 - 2006)
5. I Nyoman Gde Agus Asrama (2006 - 2009)
6. I Komang Adi Setiawan (2009 - 2012)
Visi & Misi
"Membangun generasi muda Hindu sebagai
bagian integral dari bangsa Indonesia yang mandiri dan demokratis untuk
mencapai kedamaian dan kesejahteraan berdasarkan Dharma"