Oleh: Dee Suarnata
Dalam beberapa periode, proses pemilihan pengurus baru untuk menggantikan kepengurusan sebelumnya, atau yang lebih dikenal dengan kegiatan lokasabha, PD KMHDI Sulsel biasa menunjuk secara langsung kader-kader yang dianggap mampu dan memiliki loyalitas serta kapabilitas memimpin organisasi pengkaderan tersebut. format pemilihan ini sudah berlangsung cukup lama, dan sudah menjadi tradisi. bahkan dalam proses pemilihan biasanya memakan waktu normal yang cukup lama, yakni kurang lebih 12 jam hanya untuk menentukan calon-calon pengurus, karena tidak jarang terjadi aksi tunjuk menunjuk. atau yang lebih dikenal dalam bahasa bali yaitu "Ngejuk". jadi, kalau ditotal waktu yang biasa dibutuhkan dalam proses kegiatan Lokasabha PD KMHDI Sulsel, tak kurang dari 1 X 24 jam atau sehari semalam. cukup alot, dan tentunya menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Rupanya format Lokasabha PD KMHDI Sulsel yang tepatnya dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 05 Mei 2013, bertempat di Komp. Pura Giri Natha Makassar sangat jauh berbeda. Pesta demokrasi kali ini dilaksanakan hampir mirip dengan format pemilihan calon pemimpin daerah. para kader wajib tunjuk tangan, dan mencalonkan diri menjadi ketua PD KMHDI Sulsel Periode 2013-2016. format lokasabha ini mementahkan paradigma serta ide-ide demokrasi sebelumnya yang dimiliki oleh PD KMHDI Sulsel. kegiatan yang hanya membutuhkan waktu total keseluruhan rangkaian kegiatan tidak lebih dari 15 jam. sangat efesien, meskipun masih memiliki beberapa kelemahan, yang tentunya hanya membutuhkan sedikit penyesuaian. sehingga format lokasabha ini menjadi sempurna.
Format Lokasabha ini rupanya mendapat apresiasi yang positif dari PHDI Prop. Sulawesi Selatan, Bapak Ir. Nyoman Sumarya. beliau menyempatkan diri untuk hadir memenuhi undangan dan dalam pidato sambutannya beliau menyatakan bahwa, PD KMHDI Sulsel adalah pelopor dalam Pemilihan pengurus baru dengan format yang cukup pantas ditiru. mengingat, kebiasaan umat Hindu khusunya umat Hindu bali, sangat enggan untuk menunjukan diri dan kemampuanya memimpin. ini tidak lepas dari paradigma masyarakat yang sudah turun menurun, sebagian masyarakat mengaitkan pola pikir masyarakat Hindu bali dengan sebuah nyanyian daerah bali, nyanyian yang dikenal dengan pupuh ginada. Pupuh Ginada adalah salah satu tembang dari Sekar Alit, yaitu tembang-tembang Bali yang diperuntukkan mengiringi dolanan anak-anak atau sebagai lagu buaian pengantar tidur. seperti kutipan berikut ini:
Edo ngaden awak bise, depang anake ngadanin
geginae buke nyampat, anak sai tumbuh luhu.
ilang luhu buke katah, yadin ririh liu enu paplajahan
Artinya:
Jangan merasa diri pandai, Biar orang lain yang menilai
Hidup ibarat menyapu halaman, Sampah dedaunan ada selalu
Hilang sampah, masih adan debu beribu-ribu
Meski pintar, berjuta hal belum kau ketahui dan belum kau pelajari..
Oleh banyak pengamat sastra di Bali, syair ini
merupakan petuah agar kita selalu bersikap rendah hati dan selalu giat untuk belajar dan menempa diri. Namun dalam prakteknya, syair
ini kerap digunakan untuk ‘melemahkan mental’ masyarakat Hindu dan "membungkam" kritik demi menjaga harmoni
dalam kehidupan sehari-hari. dan terkadang, makna dari sebuah petuah bisa disalah artikan. sehingga menimbulkan paradigma dan karakter masyarakat Hindu yang pemalu, dan tidak berani menonjolkan dirinya.
Harapannya, dengan format pesta demokrasi yang dipelopori oleh PD KMHDI Sulsel betul-betul dijadikan contoh oleh lembaga lainnya yang ada disulawesi selatan, khususnya dikota makassar. sehingga pelan-pelan dapat merubah pola pikir masyarakat kita, dan memunculkan karakter pemimpin yang baru yang lebih Visioner dan Misioner, seperti Tema yang di usung oleh Panitia Lokasabha X PD KMHDI Sulsel yang diketuai oleh Gede Kusna, yang cukup sukses membuat kegiatan Lokasabha berbeda dari biasanya. Terdapat 3 calon ketua yang lolos ditahapan seleksi calon ketua yang dilakukan oleh Team Independen, dan telah memberikan gambaran masa depan PD KMHDI Sulsel dalam debat kandidat yang dilaksanakan di komp. Pure Giri Natha Makassar. pada hari sabtu 27 april 2013.
Di penghujung acara, akhirnya terpilih wajah-wajah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Hindu kota makassar, yang menduduki kursi kepemimpinan. dengan personalia pengurus inti PD KMHDI Sulsel yang baru yaitu, Putu Wiratnaya sebagai ketua Terpilih, Gede Sugiarsa sebagai Sekretaris, dan Bendahara Eka Sarmayani. tentunya para pengurus PD KMHDI Sulsel yang baru ini diharapkan dapat memberikan warna baru dalam lingkungan keluarga besar Cendikiawan Hindu Sesulawesi selatan.