Rabu, 14 November 2012

Langkah Kecil Dalam Spiritual


Kesalahpahaman Terhadap Spiritual
Oleh : I Ketut Donder


Sebagian besar orang memposisikan hal spiritual sebagai sesuatu yang terlalu “menyeramkan”, sehingga kebanyakan orang enggan terhadap spiritual. Hal ini bermula dari kekacauan pengertian terhadap makna kata kebatinan yang dianggap sebagai disiplin khusus yang mempelajari daya-daya sakti yang ada dalam diri manusia, juga kekacauan pemahaman terhadap makna kata kerohanian, yang dipersamakan dengan makna kata spiritual, maka semua hal itu menyebabkan wacana spiritual berada pada posisi yang lebih angker lagi.

Padahal sesungguhnya apa yang disebut dengan spiritual adalah adanya kesadaran pada diri setiap manusia untuk mengetahui bahwa dirinya bukan hanya sebagai tubuh fisik. Ketika orang menyadari bahwa dirinya “bukan hanya badan fisik”, maka ia telah berpikir tentang adanya yang inmateri. Pada saat itu, ia telah melangkah dalam jalan spiritual dan bahkan telah berada pada spiritual. Karena itu seyogyanya hal ikhwal spiritual tidak dijadikan sebagai momok dalam kehidupan, tetapi justeru dijadikan kesadaran wajar yang mesti diupayakan oleh setiap manusia.

Wacana spiritual dalam bahasa Bali kerap disamakan dengan wacana sunyia atau niskala. Apa yang disebut dengan istilah niskala merupakan oposisi biner terhadap istilah sakala. Dengan demikian, niskala tidak akan ada tanpa sakala dan sakala tidak akan ada tanpa niskala, keduanya harus ada dalam dunia marcapada. Untuk itu, para leluhur Bali memperingatkan agar setiap orang jangan sampai memisahkan kedua persoalan sakala (fisik) dan nisakala (spiritual), sebagaimana Geguritan Sucita dalam pupuh Sinom menyatakan :

Ne sakala lan niskala, atepang manden mamesik, reh jati palinggan tunggal, Hyang Wisesa ngaraganin, da malasang di hati, tingkahe ibakang unduk, ayane patut jalanang, kaniskala mangden pasti, mudra iku, tikasing parek ring Hyang.

‘Yang fisik dan yang non-fisik, disatukan agar menjadi satu, sebab hakikatnya tunggal, yang Maha Kuasa yang meresapi, jangan sampai memisahkan di hati, dalam upaya memilah-milah persoalan, perbuatan fisik patut dilaksanakan, spiritual (juga) agar pasti, sikap itu, wujud nyata disiplin seseorang sebagai abdi Tuhan’.

Manusia sebagai mahluk yang paling mulia (katanya?), seyogyanya satu sama lainnya saling mendorong di bidang spiritual. Sebab spirituallah yang membuat manusia menemukan rasa bahagia atau kebahagiaan, sedangkan hal-hal yang bersifat material hanya mengantarkan manusia kepada kesenangan, kegembiraan yang bersifat sementara. Banyak sekali orang kaya raya yang tidak bahagia, dan banyak sekali orang yang hidup sederhana bahkan nampak seolah serba kekurangan tetapi mereka hidup penuh bahagia. Ada banyak sekali cara dan jalan untuk membuka ke alam spiritual, bahkan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-haripun dapat dijadikan sarana sebagai proses mendaki spiritual.

Modal awalnya sederhana saja, yakni hanya bermodal sadar bahwa di dalam tubuh ada sesuatu yang lain, dan sesuatu yang lain itu adalah inti yang paling penting dari tubuh ini. Dengan selalu sadar bahwa ada yang lain di dalam tubuh kita, maka kita akan terusik untuk mengetahui siapa yang ada di balik diri kita? Nanti naluri spiritual yang ada secara laten dalam diri sendiri akan berupaya mencari jawabannya. Ketika seseorang sedang gelisahnya mencari jawaban siapa sesungguhnya dirinya? Bagaimana sesungguhnya wujud dirinya? Bagaimana caranya menguak tabir dirinya? Di mana kesadaran saya waktu tidur?

Semakin banyak pertanyaan yang muncul hal itu pertanda bahwa orang tersebut sudah bangkit kesadaran spiritualnya. Jika seseorang sudah mulai gelisah apalagi sangat gelisah untuk mengetahui siapa sesungguhnya dirinya, mestinya dorongan kegelisahan untuk mengetahui dirinya harus segera disalurkan sesuai kebutuhan spiritualnya. Tidak perlu merasa takut masuk ke dalam alam spiritual, tidak akan tersesat dalam menuju jalan spiritual yang penting adalah motif untuk mendalami spiritual itu muncul dari dorongan yang murni. Langkah spiritual akan selalu dibimbing oleh Tuhan, kepada orang-orang peminat spiritual murni dan rendah hati, tidak perlu gelisah mencari guru spiritual, sebab guru spiritual itu sendiri akan datang menawarkan dirinya untuk menjadi murid beliau.

Kedatangan seorang guru untuk menawarkan dirinya kepada seseorang untuk menjadi muridnya, maka hal itu secara nyata adalah suatu pertanda bahwa Tuhan telah datang, sebab guru adalah simbol Tuhan (acarya devo bhava). Kitab-kitab spiritual berkata: ”satu langkah manusia maju ke arah Tuhan, maka Tuhan akan menyambut dengan seribu langkah. Bahkan keinginan untuk melangkah saja sudah disambut oleh Tuhan. Era paradigma ilmu pengetahuan yang super canggih dengan nama zaman Mekanika Gelombang, zaman Fisika Baru atau zaman Fisika Kuantum, atau apapun namanya adalah era spiritual. Jika tidak melangkah kepada kesadaran spiritual, maka itu merupakan kegagalan dalam kelahiran.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar