Rabu, 14 November 2012

Sukses Adalah Hak Setiap Orang

PDF Print E-mail
Di antara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah kedalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu. Demikian gunanya pahalanya lahir menjadi manusia (Sloka 2 Sarasamuccaya)

Sloka di atas mengajarkan kita menjadi seorang yang optimis menjalani kehidupan ini, karena terlahir menjadi manusia itu adalah sebuah keberuntungan besar. Manusia mampu merubah perbuatan buruk menjadi perbuatan baik.

Perbuatan baik adalah perbuatan yang membawa kebaikan seperti; meningkatkan kemampuan diri, memberikan pelayanan (seva), memberikan derma/punia pada yang membutuhkan, menjaga keharmonisan dengan Hyang Widdhi dan Para Leluhur, menjaga keharmonisan dengan sesama manusia, menjaga keharmonisan dengan alam, salah satunya dengan menjaga kelestariannya, pendek kata perbuatan yang memberikan output positip. Ketika kita berhasil meningkatkan diri, berprestasi dibidangnya, secara pribadi kita akan senang, keluarga juga senang, teman-teman juga senang, orang tua apalagi akan bangga memiliki kita.

Oleh karena itu melakukan sesuatu yang baik janganlah mendunda-nunda, lakukanlah sekarang, saat ini juga, karena hanya saat inilah yang menjadi milik kita, masa depan kita belum tahu apa yang akan terjadi apakah kita masih punya kesempatan untuk itu atau tidak, masa lalu juga telah lewat yang tidak bisa kita putar kembali.

Untuk melaksanakan ide-ide baik ini maka kita perlu kemauan yang kuat (big will), kenapa ..? karena dalam prosesnya pasti akan ada tantangan dan hambatan baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Hambatan yang bisa muncul misalnya; Nafsu bertindak tanpa disertai dengan ilmu, Loba/ Keinginan berlebih untuk memiliki sesuatu, Mudah marah, tidak sabar dalam menjalani segala aspek kehidupan, Bingung atau ragu dalam melangkah, Mabuk terhadap sesuatu baik benda maupun aktivitas hingga melupakan kesehatan diri maupun keluarga, Malas, Irihati. Tidak heran bila Vince Lombardi mengatakan:

“The difference between a successful person and others is not a lack of strength, not a lack of knowledge, but rather a lack in will.” Vince Lombardi

(“Perbedaan antara orang sukses dan orang lain adalah bukan kurangnya kekuatan, bukan kurangnya pengetahuan, melainkan kurang kemauan”).

Kemauan yang kuat inilah membuat banyak orang yang walau terlahir dalam kondisi yang kurang mampu akhirnya mampu melejit menjadi orang-orang yang sukses. Sebut saja misalnya:

Li Ka Shing, Orang terkaya no 11 di dunia menurut majalah Forbes 2011. Adalah seorang anak yang terlahir di keluarga miskin. Tekad kuat, semangat baja, dan kemauan keras untuk merubah nasib membuat Li yang baru berumur 15 tahun harus bekerja 16 jam sehari kala itu mampu meraih sukses gemilang . Pada tahun 1950-an, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri setelah meminjam modal ke sejumlah relasi-di bisnis plastik dengan nama Cheung Kong Industries. Pelan tapi pasti, berkat kejelian mengamati tren, ia berhasil mendapat banyak keuntungan di bisnis bunga plastik yang diekspor ke negara barat. Kejeliannya menangkap peluang membuahkan ekspansi ke berbagai bidang.Satu demi satu bisnisnya sukses hingga dia menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Frederick Douglass: Lahir sebagai budak di daerah pedesaan di negara bagian Maryland. Dia belajar membaca dengan memberikan makanan secara diam-diam kepada anak-anak kulit putih yang mau mengajarnya. Kemudian hari, bekas budak ini muncul sebagai penulis ulung dan orator yang berapi-api dalam melawan perbudakan. Frederick Douglass yakin tiap orang dapat memperbaiki kehidupannya sendiri, tidak peduli dari mana ia berasal.

Lee Myung-bak , Sejak kecil hidup menderita, di masa anak-anak untuk makanpun sulit, dimasa remaja sekolah sambil bekerja berjualan makanan. Karena semangat dan daya juangnya yang tinggi untuk maju, akhirnya dia bisa keterima di Korea University, dimana dia mengenal tentang politik. Untuk bisa membayar biaya kuliahnya dia bekerja menyapu di jalanan dan menjadi pemulung. Lulus kuliah dia bekerja di Hyundai, bakat dan kecerdasannya luar biasa hingga dia dijuluki “bulldozer” karena mampu membereskan berbagai kesulitan. Setelah 30 tahun bekerja di Hyundai dia masuk ke ranah politik, tahun 2002 terpilih menjadi walikota Seoul. Tahun 2007 ia terpilih menjadi orang nomor satu di Korea Selatan. . “……..Sumber sukses saya adalah semangat dan tindakan yang tak mengenal hasil yang tanggung,” kata Lee dalam autobiografinya berjudul Tak Ada yang Mustahil yang diluncurkan tahun 1995.

Mangku Pastika (Gubernur Bali) Kesulitan hidup bahkan sudah dirasakannya sejak masih bocah. Ayahnya yang berprofesi guru memboyongnya bertransmigrasi ke Lampung saat Mangku Pastika berumur 12 tahun. Saat itu, menginjak bangku SMP ada sebuah pengalaman mengharukan yang dialaminya. Perut Mangku Patika bocah saat itu keroncongan. “Saya pingsan di jalan sepulang sekolah karena kelaparan. Saya ditolong seorang warga keturunan Tionghoa yang baik hati. Saya kemudian ditawari menjadi pembantu rumah tangga di rumahnya”; kisahnya. Beliau mengaku tak pernah menyesali kehidupan yang penuh keprihatinan dulu itu. Ia menganggap itu anugerah. Karena bisa mengalami kehidupan sulit itu.

Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati, sekalipun hidupmu tidak makmur, dilahirkan menjadi manusia itu, hendaklah menjadikan kami berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun (Sloka 3 Sarasamuccaya)

Terlahir menderita bukan selalu berarti buruk, bisa jadi adalah sebuah hadiah dari Hyang Widdhi agar kita mampu menjadi orang yang kuat, bisa menjadi orang yang hebat. Demikian pula penderitaan tidak selalu berarti buruk, pada kondisi tertentu penderitaan itu perlu untuk meningkatkan diri kita. Ibarat Pil Pahit yang menyembuhkan, demikianlah penderitaan itu hadir untuk mendewasakan kita, untuk menguatkan kita. Tentara yang hebat terbentuk dari pelatihan yang keras, buah kurma yang terkenal manis tumbuh di daerah gurun yang panas dan lembab.

Untuk lebih memahami tentang pesan dari Bhagavan Warraruci di atas marilah kita simak kisah Prudence dari Zimbabwe yang mampu memenangkan, 2010 Academy Award short Film

Prudence Mabhena,22, seorang anak perempuan dari Jambezi, Victoria Falls, Zimbabwe. Terlahir dengan kondisi cacad. Penyakit arthrogryposis pada tangan dan kakinya sehingga dia harus menggunakan kursi roda. Kelahirannya yang cacad dianggap membawa aib bagi keluarga bapaknya sehingga ibunya diceraikan. Prudence kemudian hidup bersama nenek dari ibunya.

Ketika usianya mencapai tujuh tahun, Prudence oleh nenek dari ibunya diantar kembali ke keluarga bapaknya. Ternyata bapaknya telah kawin dengan wanita lain. Prudence mendapatkan perlakuan yang tidak sepatutnya, dia dihina, dan ibu tirinya bahkan tidak mau menyentuhnya. Selama dua tahun dia hidup seperti binatang, merangkak dilantai dan tidur di atas air kencing dan kotorannya. Dia merasa sangat tersiksa, setiap hari dia berusaha merangkak menuju pohon mangga di belakang rumahnya. Karena tidak tahan dengan perlakuan masyarakat dan keluarga terdekatnya, Prudence berusaha untuk melakukan aksi bunuh diri dua kali, namun selalu gagal.

Hingga suatu ketika ada orang yang membawanya ke King George VI School & Centre for Children with Physical Disabilities (KG6), di mana para penyandang cacad tinggal. Di sini bakat bawaannya dikembangkan, dia kemudian menjadi lead singer pada grup musik Liyana. Bersama bandnya ini Prudence menjadi aktor utama film documenter yang disutradari oleh Roger Ross Williams, seorang sutradara berdarah Africa Amerika. Film documenter pendek itu berjudul “Music by Prudence”, Film ini memenangkan 2010 Academy Award short Film. Selain itu film ini juga memenangkan berbagai penghargaan:

Audience Award, Best Documentary Short, at the Florida Film Festival Best Short, at the Africa World Documentary Film Festival

Best Short, at the DocuWest Film Festival

Lewat filmnya itu Prudence berpesan ‘disability does not mean inability“ cacat tidak berarti ketidakmampuan.

Bila seorang Prudence yang terlahir cacat dan diperlakukan secara hina oleh keluarganya sendiri akhirnya mampu meraih sukses, bagaimana dengan kita …? Dengan keyakinan yang kuat akan keberhasilan (semangat “Jengah”), dengan perjuangan yang tiada henti, mengoptimalisasikan potensi diri hingga titik darah penghabisan (semangat “Perang Puputan”), Pintu sukses akan terbuka bagi kita…. Sukses adalah Hak Setiap Orang.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar