Senin, 12 November 2012

Saisan Dan Jhoni


Made Saisan, anak buruh tani miskin dari Desa Kekeran, Singaraja Bali lahir tanggal 2 Nopember 1985, mampu meraih gelar Sarjana Pendidikan Hindu (S.Pd.H) di Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara (STAHDN) Jakarta, dengan predikat Terpuji

Saisan dijadikan anak angkat oleh keluarga I Putu Suarsana. Saisan mampu menyelesaikan pendidikan Strata 1 jurusan pendidikan Agama Hindu kurang lebih 4. Ia kuliah sambil bekerja di Media Hindu. Selama menempuh pendidikan di Ibu Kota ini, setiap hari Raya Hindu Saisan berjualan majalah dan buku-buku terbitan Media Hindu bersama bapak angkatnya. Sedikit demi sedikit dari hasil berjualan buku dipergunakan untuk membeli sepeda motor guna menunjang aktifitasnya sehari-hari.

Memasuki semester 8, pagi hari Saisan mengajar di SD Pertiwi Abhilasa di Pura Aditya Jaya Rawamangun dan siangnya dimanfaatkan untuk urusan pengiriman Majalah ke agen-agen Media Hindu di Jakarta. Pekerjaan dilakukan dengan iklas untuk mencapai mimpi serta harapan untuk dapat lebih maju.

Sungguh luar biasa tekad pemuda desa ini untuk maju walaupun orang tua hanya seorang buruh tani, dengan tekad dan keyakinan yang teguh bahwa kemiskinan bukan menjadi hambatan untuk sukses itulah yang tertanam dalam dirinya. “Doa, keyakinan dan mimpi adalah tiga modal guna mencapai suatu angan dan cita-cita,” kata pemuda yang sempat menjadi ketua BEM STAH Dharma Nusantara Jakarta selama 2 periode ini.

I Putu Jhoni Dharma Yudha S merupakan anak seorang pinandita yang masih aktif di TNI AD juga berasal dari desa Kekeran, Singaraja Bali, bersama Made Saisan menjadi anak angkat I Putu Suarsana. Kegiatan yang dilakukan sehari-hari hampir sama dengan yang dilakukan Saisan karena mereka tinggal dan berangkat ke kampus bersama-sama. Pemuda Kelahiran Baucau (Timor Leste), 5 Juni 1983 ini mempunyai tekad serta kemauan yang kuat untuk maju. Sehingga mereka nekat menempuh pendidikan jauh dari orang tua dan rela meninggalkan pekerjaan semasa masih di Bali.

Hal ini menandakan bagaimana mereka ingin perubahan kehidupan yang lebih baik demi mereka sendiri serta keluarga. Dengan tekad yang bulat, akhirnya Joni dapat menyelesaikan kuliahnya dengan predikat sangat memuaskan. Sehari-harinya Joni juga bekerja di Media Hindu dan sekarang berkerja sebagai staf perpustakaan STAH DN Jakarta.

Keberhasilan dua pemuda desa ini tidak terlepas dari peran dan ketulusan keluarga besar I Putu Suarsana dalam membina, memperhatikan serta mendorong dua pemuda ini menjadi orang yang lebih baik dan maju. Keluarga I Putu Suarsana mendidik dua pemuda ini dengan disiplin ketat. Sebagai contoh mereka tidak diijinkan pulang ke Bali apabila tidak ada kepentingan yang mendesak selama menempuh pendidikan di Jakarta. Pak Putu, panggilan sehari- hari I Putu Suarsana, menyebutkan sebelum menjadi “orang” mereka tidak boleh pulang.

Tiada keberhasilan tanpa perjuangan dan pengorbanan, pepatah tersebut sedikit tidaknya dapat menggambarkan kondisi dua pemuda desa ini yang selama di Bali sudah menjadi teman sejak kecil.






Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar