Kamis, 08 November 2012

Membedah Kasus Konversi Agama Di Bali



E-mail

Buku berjudul “Membedah Kasus Konversi Agama di Bali: Kronologi, Metode, Misi dan Alasan di balik Tindakan Konversi Agama dari Hindu ke Kristen Protestan dan Katolik di Bali serta Pernak-Pernik Keagamaan di Dunia” karya Ni Kadek Surpi Aryadharma, M. Fil. kembali dibedah oleh beberapa tokoh umat Hindu di Bali. Acara ini berlangsung Sabtu, 15 November 2011 di kampus Institut Hindu Dharma Nasional Denpasar. Buku ini merupakan persembahan untuk seluruh umat Hindu di Indonesia yang dewasa ini Hindu sering mengalami permasalahan terutama soal perpindahan agama.

Acara ini dihadiri oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali, Dewan Persatuan Pesraman Bali, Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali, serta sejumlah tokoh lainnya dan mahasiswa IHDN Denpasar.

Dalam buku yang setebal 342 halaman ini Surpi Aryadharma menyampaikan hasil penelitiannya yang dilakukan hingga ke pelosok Bali. Setidaknya dalam penelitiannya tersebut, Surpi menemukan delapan alasan orang Bali berpindah agama, antara lain: ketidak-puasan atas sistem adat dan agama yang dalam ranah sosiologi disebut anomi, faktor kemiskinan atau ekonomi, krisis individu, pengaruh ilmu kebatinan yang dulu pernah berkembang di Bali, kehausan rohani yang tidak terpuaskan, keretakan keluarga, propaganda penginjilan, pengaruh politik, dan berbagai pengaruh lainnya. Namun demikian dosen IHDN Denpasar ini menyampaikan bahwa kasus konversi itu terjadi akibat akumulasi banyak faktor yang berakar dari lemahnya tattwa dan pengetahuan ajaran Hindu.

Memang, fenomena konversi agama di negeri ini sudah berlangsung sejak zaman Majapahit dan dilakukan oleh Islam. Begitu kuat pertahanan Bali sehingga baru sejak tahun 1863, Bali menjadi lahan penginjilan oleh Kristen dan tahun 1930 pembabtisan pertama yang menggemparkan sejarah terjadi di Tukad Yeh Poh 11, disusul kemudian oleh panen besar kekristenan hingga sekarang. Sayang, masalah yang pelik yang mengancam pulau Dewata ini belum menjadi perhatian khusus dari PHDI, lembaga umat, pengusaha, dan Perguruan Tinggi Hindu di Bali.

Dalam acara bedah buku kali ini, bertindak sebagai pembedah yakni: Prof. Made Titib, Anand Krishna, dan sesepuh Pesraman Seruling Dewata, I Ketut Nantra.

Prof. Made Titib menyampaikan, “Sesungguhnya banyak hal yang mesti kita renungkan, kenapa hal ini bisa terjadi. Banyak umat yang tidak bangga dengan agamanya sendiri. Mereka mengalami krisis individu dan merasa bahwa agamanya tidak memuaskan. Yang terpenting adalah jangan sampai orang kita menjadi belog ajum, belog polos, belog pengkung. Membanggabanggakan milik orang lain sebelum ia mengerti betul apa yang dimilikinya.”

Dalam kesempatan tersebut Prof. Made Titib juga berbagi pengalaman ketika beliau diundang oleh sebuah perkumpulan gereja di Bali dan menjelaskan tentang ajaran Hindu di depan kumpulan orang Kristen, ada seorang pendeta yang berkata “Bila Anda adalah seorang pendeta (Hindu) besar di Bali, saya bersaksi, kalau saja dari dulu saya mengenal ajaran Hindu seperti apa yang Anda sampaikan
 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar